BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Alam semesta ini kaya akan kadungan
unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-unsur kimia berjumlah sekitar
114 unsur. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya ke
dalam beberapa golongan, yaitu golongan A (golongan utama) dan golongan B
(golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi
unsur logam, nonlogam, semilogam, dan gas mulia
Beberapa usur logam dan nonlogam, dalam
bentuk unsur maupun senyawa, banyak dimanfaatkan didalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan beberapa unsur logam dan nonlogam meningkat dengan berkembang
pesatnya industri, baik sebagai alat, bahan dasar, maupun sumber energi.
Unsur-unsur logam umumnya diperoleh
sebagai bijih logam dalam batuan. Alam Indonesia sangat kaya akan sumber
mineral bijih logam, karena itu perlu penguasaan teknologi untuk mengolahnya
menjadi logam yang dibutuhkan.
Unsur Logam yang sudah akrab dengan
kehidupan kita sehari-hari diantaranya adalah, besi, tembaga, atau perak.
Ternyata unsur natrium pun bersifat logam. Namun, karena tak stabil dalam
keadaan unsurnya, ia lebih banyak kita temui dalam bentuk senyawanya.
Keberadaan unsur-unsur kimia di alam
sangat melipah. Sumber unsur-
Unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut, dan atmosfer, baik dalam bentuk unsur bebas, senyawa ataupun campurannya. Unsur-unsur kimia yang terdapat di alam dalam bentuk unsur bebasnya (tidak bersenyawa dengan unsur lainnya), diantaranya logam platina (Pt), emas (Au), karbon (C), gas nitrogen (N2), oksigen (O2), dan gas-gas mulia. Adapun unsur-unsur lainnya ditemukan dalam bentuk bijih logam. Bijih logam merupakan campuran antara mineral yang mengandung unsur-unsur kimia dan pengotornya. Mineral-mineral tersebut berbentuk senyawa oksida, halida, fosfat, silikat, karbonat, sulfat, dan sulfida. Logam platina (Pt) dan emas (Au) disebut logam mulia. Sumber logam mulia dan mineral-mineral dapat ditemukan di kerak bumi, sedangkan sumber gas oksigen, nitrogen, dan gas mulia (kecuali He) terdapat di lapisan atmosfer.
Unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut, dan atmosfer, baik dalam bentuk unsur bebas, senyawa ataupun campurannya. Unsur-unsur kimia yang terdapat di alam dalam bentuk unsur bebasnya (tidak bersenyawa dengan unsur lainnya), diantaranya logam platina (Pt), emas (Au), karbon (C), gas nitrogen (N2), oksigen (O2), dan gas-gas mulia. Adapun unsur-unsur lainnya ditemukan dalam bentuk bijih logam. Bijih logam merupakan campuran antara mineral yang mengandung unsur-unsur kimia dan pengotornya. Mineral-mineral tersebut berbentuk senyawa oksida, halida, fosfat, silikat, karbonat, sulfat, dan sulfida. Logam platina (Pt) dan emas (Au) disebut logam mulia. Sumber logam mulia dan mineral-mineral dapat ditemukan di kerak bumi, sedangkan sumber gas oksigen, nitrogen, dan gas mulia (kecuali He) terdapat di lapisan atmosfer.
Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa
adanya unsur kimia karena semua benda yang ada di alam ini mengandung unsur
kimia, baik dalam bentuk logam atau unsur bebasnya, senyawanya, atau paduan
logamnya. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan manfaat, beberapa unsur kimia
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Kegunaan dan
dampak dari unsur-unsur kimia beserta cara mencegah dan menanganinya tidak
terlepas dari sifat yang dimiliki unsur-unsur tersebut. Melalui makalah ini
kami harapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui kimia unsur lebih spesifik
lagi terutama pada periode ketiga dan keempat.
B.
Rumusan Masalah
1. Unsur-usnur periode ketiga
a. Bagaimana sifat fisik dari unsur-unsur
periode ketiga?
b. Bagaimana sifat kimia dari unsur-unsur
periode ketiga?
c. Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur
periode ketiga?
d. Bagaimana kegunaan unsur-unsur periode
ketiga dan senyawanya?
e. Bagaimana keberadaan unsur-unsur periode
ketiga di alam dan meneralnya?
2. Unsur-unsur periode keempat
a. Bagaimana sifat fisik dari unsur-unsur
periode keempat?
b. Bagamana sifat kimia dari unsur-unsur
periode keempat?
c. Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur
periode keempat?
d. Bagaimana kegunaan unsur-unsur periode
keempat dan senyawanya?
e. Bagaimana keberadaan unsur-unsur periode
keempat di alam dan meneralnya?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Unsur-unsur
periode ketiga:
a. Untuk mengetahui bagaimana sifat fisik
dari unsur-unsur periode ketiga!
b. Untuk mengetahui bagaimana sifat kimia
dari unsur-unsur periode ketiga!
c. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan unsur-unsur
periode ketiga!
d. Untuk mengetahui bagaimana kegunaan
unsur-unsur periode ketiga dan senyawanya!
e. Untuk mengetahui keberadaan unsur-unsur
periode ketiga di alam dan meneralnya!
2.
Unsur-unsur
periode 4:
a. Untuk mengetahui bagaimana sifat fisik
dari unsur-unsur periode keempat!
b. Untuk mengetahui bagamana sifat kimia dari
unsur-unsur periode keempat!
c. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
unsur-unsur periode kemepat!
d. Untuk mengetahui bagaimana kegunaan
unsur-unsur periode kemepat dan senyawanya!
e. Untuk mengetahui keberadaan unsur-unsur
periode keempat di alam dan mineralnnya.
BAB II
PEMBAHASAN
MATERI
- Unsur-Unsur Periode 3
Unsur-unsur periode ketiga memiliki jumlah
kulit elektron yang sama yaitu tiga kulit. Akan tetapi konfigurasi elektron
dari masing-masing unsur berbeda, hal ini akan menyebabkan sifat-sifat kimia
yang berbeda. Dari kiri ke kanan unsur periode ketiga berturut-turut adalah
natrium (Na),magnesium (Mg), aluminium (Al), silikon (Si), fosfor (P), belerang
(S), klor(Cl) dan argon (Ar). Na, Mg, dan Al merupakan unsur logam, Si
semilogam, P, S dan Cl nonlogam, Ar gas mulia. Unsur-unsur tersebut mempunyai
konfigurasi elektron sebagai berikut:
Tabel 1.1 Konfigurasi elektron Unsur-Unsur
Periode Ketiga
Unsur
|
Konfigurasi Elektron
|
11Na
12Mg
13Al
14Si
15P
16S
17Cl
18Ar
|
[Ne] 3s1
[Ne] 3s2
[Ne] 3s2 3p1
[Ne] 3s2
3p2
[Ne] 3s2 3p3
[Ne] 3s2 3p4
[Ne] 3s2 3p5
[Ne] 3s2 3p6
|
v
Sifat-Sifat
Unsur Periode Ketiga
a.
Sifat Logam dan Non Logam Unsur-Unsur
periode ketiga
Secara fisis, unsur-unsur periode ketiga dikelompokan ke dalaam 3
sifat, yaitu logam, semilogam, dan non logam. Sifat dari unsur logam adalah
mengilap, massa jenis tinggi, titik lebur tinggi, dapat dibentuk, dan mempunyai
kekerasan serta daya hantar listrik tinggi. Unsur nonlogam bersifat tidak
mengilap, rapuh, kekerasan rendah, massa jenis dan titik leburnya rendah, serta
daya hantar listrik kecil. Sedangkan unsur semilogam memiliki sebagian sifat
unsur logam dan non logam.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan sifat logam semakin berkurang. Oleh
karenanya unsur-unsur periode ketiga dikelompokan menjadi 3 berikut.
1. Kelompok unsur logam : Na, Mg, Al
2. Kelompok unsur semilogam : Si
3. Kelompok unsur nonlogam : P, S, Cl, dan
Ar.
Berkurangnya sifat logam
unsur-unsur periode ketiga dari kiri ke kanan disebabkan oleh harga
keelektronegatifannya semakin besar, sehingga semakin sukar membentuk ion
positif. Maka dari itu, sifat logamnya semakin ke kanan semakin berkurang.
a.
Sifat-Sifat Keperiodikan Unsur-unsur
Periode Ketiga
Sifat keperiodikan unsur-unsur periode ketiga meliputi jari-jari atom,
energi ionisasi, kelektronegatifan, titik leleh, dan titik didih.
Harga
dari setiap sifat periodik tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :
No
|
Sifat
Keperiodikan
|
Na
|
Mg
|
Al
|
Si
|
P
|
S
|
Cl
|
Ar
|
1
|
Jari-jari
atom (pm)
|
157
|
136
|
125
|
117
|
110
|
104
|
99
|
-
|
2
|
Energi
Ionisasi (kJ mol-1)
|
495
|
738
|
577
|
787
|
1.060
|
1.000
|
1.260
|
1.520
|
3
|
Kelektronegatifan
(skala pauling)
|
100
|
1,25
|
1,45
|
1,75
|
2,05
|
2,45
|
2,85
|
-
|
4
|
Titik
Leleh
|
98
|
651
|
660
|
1.410
|
44
|
119
|
-101
|
-189
|
5
|
Titik
Didih (oC)
|
892
|
1.107
|
2.467
|
2.355
|
280
|
445
|
-35
|
-186
|
b.
Sifat Reduktor dan Oksidator Unsur-Unsur
Periode Ketiga
Sifat reduktor dan oksidator berkaitan dengan jari-jari atom. Dalam
satu periode, dari kiri ke kanan jari-jari atom semakin kecil. Oleh karena itu,
semakin sukar melepaskan elektron atau semakin sukar teroksidasi. Berarti sifat
reduktornya semakin lemah. Sebaiknya, atom dengan jari-jari kecil akan mudah
menerima elektron atau semakin mudah tereduksi. Artinya sifat oksidatornya
semakin kuat.
Sifat reduktor dan oksidator juga dapat ditentukan dari besarnya harga
potensial reduksi standar (EO) masing-masing unsur dalam periode
ketiga.
Perhatikan Tabel 1.3 berikut
Unsur Periode ketiga
|
Na
|
Mg
|
Al
|
Si
|
P
|
S
|
Cl
|
Potensial reduksi standar
|
-2,71
|
-2,38
|
-1,66
|
-0,86
|
-0,51
|
+0,36
|
+1,36
|
Kekuatan reduktor
|
Sangat kuat
|
kuat
|
Agak kuat
|
Agak lemah
|
lemah
|
Sangat lemah
|
Sangat-sangat lemah
|
Kekuatan oksidator
|
Sangat-sangat lemah
|
Sangat lemah
|
lemah
|
Agak lemah
|
Agak kuat
|
Kuat
|
Sangat lemah
|
Harga potensial reduksi standar semakin ke
kanan semakin positif. Akibatnya unsur-unsur tersebut semakin ke kanan semakin mudah mengalami reaksi
reduksi. Oleh karenanya, sifat oksidatornya semakin bertambah dan sifat
reduktornya semakin berkurang.
c. Sifat
Asam-Basa Unsur-Unsur Periode Ketiga
Sifat asam dan basa unsur-unsur periode
ketiga dapat dipelajari dari senyawa yang mengandung gugus: L-O-H, karena
senyawa semacam itu dapat bertindak sebagai asam ataupun basa. Sifat asam atau basa
tergantung senyawa berikut:
1. Bertindak sebagai asam jika senyawa
tersebut cenderung melepaskan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan
dalam air.

2. Bertindak sebagai basa jika senyawa itu
cenderung melepaskan ion hidrogen (OH-) ketika dilarutkan dalam air.

Kecenderungan senyawa dengan gugus L – O – H bertindak sebagai asam
ataupun basa sangat tergantung pada besarnya energi ionosasi yang dimiliki oleh
unsur L.
a. Jika energi ionisasi unsur L kecil,
berarti L lebih mudah melepaskan elektron sehingga terjadi pemusatan elektron
di sekeliling atom O dan menyebabkan atom O bersifat negatif. Akibatnya, atom O
yang bersifat negatif mengikat atom H yang bermuatan positif sehingga
terbentuklah ion OH-. Hal ini berarti bahwa larutan tersebut
bersifat basa.
b. Jika energi ionisasi unsur L besar,
berarti L cenderung menarik elektron sehingga atom O-nya menjadi bermuatan
positif dan berakibat atom O tersebut menolak atom H sehingga terbentuklah ion
H+. Hal ini berarti bahwa larutan tersebut bersifat asam.
Unsur-unsur periode ketiga makin ke kanan memiliki harga energi ionosasi
yang cenderung bertambah. Hal ini berarti unsur-unsur tersebut makin kuat
menarik elektron. Semakin kuat suatu unsur menarik elektron, sifat basanya
semakin berkurang dan sifat asamnya semakin bertambah.
v
Unsur-Unsur Periode Ketiga
a) Natrium
(Na)
Ø
Sifat fisik natrium
1. Logam natrium berwarna putih keperakan
2. Merupakan logam lunak
3. Mempunyai kerapatan 0.97 g/ml, sehingga
bersifat lebih ringan daripada air.
Ø
Sifat kimia natrium
1. Cepat bereaksi dengan air membentuk NaOH,
dengan reaksi:

2. Merupakan reduktor yang sangat kuat.
3. Larut dalam air raksa (Hg) membentuk
natrium amalgam.
4. Mudah teroksidasi oleh oksigen di udara
membentuk Na2O untuk menghindarinya logam natrium selalu disimpan
dalam minyak tanah.
Ø
Cara Pembuatan natrium
Dibuat dengan cara elektrolisis leburan NaCl. Prosesnya disebut proses
Downs, yaitu dengan menambah 58% CaCl2 dan KF pada elektrolisis lelehan NaCL. Tujuan penambahan untuk
menurunkan titik lebur NaCl hingga mencapai 550 °C.



Natrium tidak dapat dibuat dengan elektrolisis air laut. Natrium
disimpan dalam minyak tanah.
Ø
Kegunaan dan senyawanya
a) Dipakai dalam pebuatan ester
b) NACl digunakan oleh hampir semua makhluk
c) Na-benzoat dipakai dalam pengawetan
makanan
d) Na-glutamat dipakai untuk penyedap makanan
e) Isi dari lampu kabut dalam kendaraan
bermotor
f) NAOH dipakai untuk membuat sabun,
deterjen, kertas
g) NAHCO3 dipakai sebagai pengembang kue
h) Memurnikan logam K, Rb, Cs
i)
NACO3
Pembuatan kaca dan pemurnian air sadah
j)
Mereduksi
lelehan KCL, bertujuan untuk memperoleh logam kalium
k) Untuk membentuk Natrium Karbida (Na2C2)


Ø
Keberadaannya di alam dan mineralnya
Dialam unsur natrium terdapat sebagai senyawa garam natrium klorida
(NaCl). Garam natrium klorida merupakan sumber utama untuk memperoleh logamnya.
Logam Na yang berasal dari garamnya ini dapat diperoleh dengan cara
elektrolisis. Elektrolisis garam NaCl dilakukan dalam bentuk lelehannya dengan
elektroda karbon. Sementara itu, NaCl sendiri dapat dibuat dengan cara
mereaksikan logam natrium dengan gas klorin sesuai persamaan reaksi:

Selain dari garam NaCl, logam Na juga dapat diperoleh dari oksidasinya
seperti Na2O atau dari mineralnya yaitu kriolit (Na3AlF6).
b) Magnesium
(Mg)
Ø
Sifat fisik magnesium
1. Nomor atom : 12
2. Konfigurasi e-
: [Ne] 3s2
3. Massa Atom relatif : 24,305
4. Jari-jari atom : 1,72 Å
5. Titik Didih :
1107 °C
6. Titik Lebur : 651
°C
7. Elektronegatifitas : 1,25
8. Energi Ionisasi : 738 kJ/mol
9. Tingkat Oks. Max : 2+
10. Struktur Atom : Kristal
Logam
11. Wujud : Padat
12. Merupakan logam yang berwarna putih
keperakan
Ø
Sifat Kimia
1. Mudah mengalami reaksi oksidasi oleh
oksigen di udara membentuk MgO.
2. Oksidasi magnesium mudah larut didalam air
membentuk magnesium hidroksida (Mg(OH)2)
Ø
Cara Pembuatannya
Logam magnesium dapat diperoleh dengan cara mengektrolisis lelehan
MgCl2 dengan elektrode karbon. Reaksi elektrolisis tersebut sebagai
berikut:





Ø
Kegunaan dan senyawanya
Logam magnesium digunakan untuk membuat paduan logam atau aloi. Paduan
logam atau aloi ini dikenal juga dengan nama lakur. Beberapa logam yang banyak
digunakan untuk membuat lakur dengan magnesium adalah Al, Zn, dan Mn. Logam
paduan magnesium bersifat ringan tetapi keras, serta tahan terhadap korosi.
Selain itu, kegunaan magnesium yakni:
1. Dipakai pada proses produksi logam, kaca,
dan semen
2. Untuk membuat konstruksi pesawat. Logamnya
disebut magnalum
3. Pemisah sulfur dari besi dan baja
4. Dipakai pada lempeng yang digunakan d
industri percetakan
5. Untuk membuat lampu kilat
6. Sebagai katalis reaksi organik
7. Untuk antasid (Mg(OH)2),
pencahar (MgSO4), bata tahan api (MgO), tapal gigi dan
kosmetik (MgCO3).
Ø
Keberadaanya di alam dan mineralnya
Di alam magnesium ditemukan di dalam air laut dan dalam bentuk
mineral-mineralnya. Mineral magnesium yang banyak terdapat di alam yaotu
dolomit (CaCO3.MgCO3) dan karnalit (KCL.MgCl2.6H2O).
Selain dalam bentuk mineral, magnesium dapat ditemukan dalam bentuk garam
sulfatnya yaitu MgSO4 dan oksidanya (MgO).
c) Aluminium
(Al)
Ø
Sifat fisik Aluminium
1. Titik leleh 660oC
2. Titik didih 2.400oC
3. Sebagai konduktor panas dan listrik yang
baik
4. Kerapatannya 2,7 g/ml
5. Merupakan logam putih keperakan
6. Tahan terhadap korosi karena mampu
membentuk lapisan oksida pada permukaannya. Oleh karenanya dapat mencegah
reaksi oksidasi
lebih
lanjut.
Ø
Sifat kimia
1. Aluminium bersifat amfoter sehingga dapat
bereaksi dengan asam dan basa.


2. Aluminium merupakan reduktor kuat

3. Aluminium dalam bentuk bubuk mudah
terbakar menghasilkan panas reasi sebesar 399 Kkal.


Ø
Cara pembuatan
Dalam industri, logam aluminium dibuat dengan cara elektrolisis
lebburan aluminium oksida. Cara ini ditemukan oleh Charles Martin Hall pada
tahun 1886, sehingga prosesnya dikenal dengan proses Hall. Oksida yang
digunakan berupa bauksit yang dicampur dengan oksida-oksida lain seperti besi
oksida, dan silikon oksida.
Langkah pertama sebelum proses elektrolisis auminium adalah memperoleh
aluminium oksida dari bauksit. Bauksit kotor dicuci dengan larutan NaOH pekat
untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat lain yang ada dalam
bauksit. Selanjutnya, larutan yang dihasilkan ditambahkan asam agar terbentuk
endapan (Al(OH)3). Kemudian, endapan Al(OH)3 dipanaskan
agar agar terurai menjadi Al2O3 murni. Leburan aluminium
oksida yang diperoleh di elektrolisis.
Saat ini, penggunaan kreolit telah digantikan dengan material-material
lain. Material ini memungkinkan proses berjalan pada suhu rendah. Selain itu,
lelehan yang terjadi lebih kecil kerapatannya dibandingkan dengan lelehan yang
terbentuk dari kreolit. Oleh karenanya lelehan aluminium yang terdapat di dsar
sel lebih mudah dipisahkan dari kelebihan campuran antara Al2O3
dengan material penurunan suhu.
Ø
Kegunaan dan senyawanya
1. Banyak dipakai dalam industri pesawat terbang
karena aluminium bersifat ringan.
2. Sebagai katalis pada industri plastik
3. Digunakan untuk mereduksi oksida-oksida
logam seperti MnO2 dan CrO3.
4. Sebagai thermit, yaitu campuran antara
serbuk aluminium dengan oksida besi, digunakan untuk mengelas baja, karena
reaksinya menghasilkan kalor yang cukup tinggi.


5. Garam sulfatnya (Al2(SO4)3.
17H2O) digunakan dalam proses pewarnaan di industri tekstil dan
digunakan di industri kertas.
6. Untuk membuat logam campuran agar
menghasilkan paduan yang lebih keras, lebih kuat, dan lebih tahan karat.
Contoh:
ü
Duralumin (96% Al, 4% Cu) sangat tahan karat

ü
Alnico (50% Fe, 20% Ni, 20% Al, 10% Co) Magnet yang sangat kuat

ü
Magnalium ( 90% Al, 10% Mg) Membuat
pesawat terbang

7. Untuk membuat konstruksi bangunan
8. Dipakai pada berbagai macam aloi
9. Tawas sebagai penjernih air
10. Untuk membuat logam hybrid yang dipakai
pada pesawat luar angkasa
11. Membuat berbagai alat masak
12. Menghasilkan permata bewarna-warni:
Sapphire, Topaz, dll
Ø
Keberadaan di alam dan mineralnya
Di alam aluminium banyak dijumpai dalam bentuk silikat, yaitu
aluminium silikat (KalSi3O6) dengan mineral karolit (Na3AlF6).
Aluminium silikat dalam keadaan murni dikenal dengan tanah liat proselin atau
kaolin. Sementara itu, aluminium silikat kurang disebut tanah liat.
Selain dalam bentuk silikat dan mineral, aluminium dapat juga
ditemukan dalam bentuk oksidasinya yaitu Al2O3. Oksida
aluminium ini mempunyai berbagai bentuk, diantaranya sebagai batu permata yang
mengandung air dan batu yang sangat kasar. Batu kasar ini dikenal dengan
baukasit.
d) Silikon
(Si)
Ø
Sifat fisik silikon
1. Nomor atom : 14
2. Konfigurasi e-
: [Ne] 3s2 3p 2
3. Massa Atom relatif : 28,0855
4. Jari-jari atom : 1,46 Å
5. Titik Didih : 2355 °C
6. Titik Lebur : 1410 °C
7. Elektronegatifitas : 1,74
8. Energi Ionisasi : 787 kJ/mol
9. Tingkat Oks. Max : 4+
10. Struktur Atom : Kristal Kovalen raksasa
11. Engan :
Padat
Ø
Sifat Kimia Silikon
Silikon bersifat semikonduktor sehingga banyak digunakan untuk membuat
transistor, kalkulator, mikrokomputer, dan serat sel-sel energi matahari. Untuk
dapat membuat alat-alat tersebut diperlukan silikon ultra murni. Silikon murni
dapat diperoleh dengan cara mereduksi campuran pasir dengan gas klorin sambil
dipanaskan. Reduksi ini menghasilkan cairan SiCl4 yang titik
didihnya cukup rendah (58OC). Selanjutnya SiCl4 yang
terbentuk diuapkan dan uap SiO4 segera direaksikan dengan gas H2
agar tereduksi kembali menjadi silikon yang betul-betul murni. Persamaan
reaksinya:

Ø
Cara Pembuatan

Selain dengan reduksi SiO2 silikon juga dapat diperoleh
dengan cara memanaskan silikon tertrahalida. Proses pemanasan ini dilakukan
pada suhu tinggi dengan menggunakan pereduksi gas hidrogen. Reaksi yang
terjadi:

Ø
Kegunaan dan senyawanya
1. Dipakai dalam pembuatan kaca
2. Terutama dipakai dalam pembuatan semi
konduktor
3. Digunakan untuk membuat aloi bersama
alumunium, magnesium, dan tembaga
4. Untuk membuat enamel
5. Untuk membuat IC
Senyawa-senyawa siikon yang penting yakni:
a. Gelas dan kaca
Gelas dan
kaca merupakan senyawa silikon yang sudah dimanfaatkan sejak zaman Mesompotamia
dan Mesir purba.
Gelas dan
kaca merupakan campuran senyawa-senyawa silikat. Gelas dibuat dengan cara
memanaskan campuran Na2CO3 dan CaCO3 dengan
pasir (SiO2) pada suhu 1.500oC. proses ini menghasilkan
campuran natrium silikat dan kalsium silikat.


Campuran
ini merupakan jenis gelas yang umum digunakan untuk membuat botol dan berbagai
peralatan kaca.
b. Semen
Semen
merupakan senyawa silikon yang terdiri atas campuran kalsium dan kalsium
aluminat. Semen dibuat dengan cara memanaskan batuan yang mengandung batu kapur
(CaCO3) dengan tanah liat (Al2O3.2SiO2.2H2O)
dengan perbandingan tertentu pada suhu sekitar 1.500 oC. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut.



Semen
Ø
Keberadaanya di alam dan mineralnya
Dialam silikon ditemukan dalam bentuk mineral. Mineral-mineral silikon
yang banyak ditemukan diantaranya ortoklase (K2O.Al2O3.6SiO2),
kaoulin (Al2O3.SiO2.2H2O), atau
albit (Na2O.Al2O3.6SiO2). selain
sebagai mineral juga dapat ditemukan sebagai silikat atau sebagai silikon
dioksida (SiO2). Senyawa silikon dioksida dapat ditemui dalam
berbagai bentuk diantaranya pasir kuarsa dan sebagai batu-batuan seperti akik
dan opal. Tanah liat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik juga
mengandung silikon. Sementara itu, senyawa silikon yang berasal dari jasad
renik misalnya tanah diatome.
e) Fosfor
(P)
Ø
Sifat-sifat fosfor
Fosfor
memiliki dua bentuk alotrop, yaitu fosfor merah dan fosfor putih. Perbedaan
sifat antara fosfor merah dengan fosfor putih dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 1.4
perbedaan Sifat Fosfor Merah dengan Fosfor Putih
No
|
Sifat-sifat
|
Fosfor Merah
|
Fosfor Putih
|
1
|
Bentuk kristal
|
Amorf
|
Tetrahedron
|
2
|
Titik didih
|
Menyublim tanpa meleleh pada suhu 420 oC
|
280o
|
3
|
Titik lebur
|
>44o C
|
44,1oC
|
4
|
Massa jenis
|
2,05 – 2,34 g/cm3
|
1,83 g/cm3
|
5
|
Kelarutan
|
Tidak larut dalam pelarut eter, terpentin, atau CS2
|
Larutan dalam CS2, atau terpentin tetapi tidak larut
dalam air
|
6
|
Sifat racun
|
Tidak beracun
|
Beracun
|
7
|
Kereaktifan
|
Tidak reaktif
|
Sangat reaktif dan harus disimpan dalam air
|
8
|
Kestabilan terhadap suhu
|
Stabil terhadap suhu
|
Tidak stabil pada suhu tertentu
|
9
|
Sifat dalam keadaan gelap
|
Tidak bersinar dalam gelap
|
Bersinar dalam gelap
|
Sifat umum dari fosfor yaitu:
a.
Fosfor mudah beraksi dengan oksigen (O2)
membentukoksidanya. Reaksi yang terjadi: P4 + 5O2 2P2O5

b.
Oksidanya fosfor dengan air membentuk asam fosfat (H3PO4)
persamaan reaksinya: P2O5 + 3H2O 2H3PO4

Ø
Pembuatan fosfor
a. Pembuatan fosfor putih
Fosfor putih pertama kali dibuat oleh Hening Brand pada tahun 1669. Ilmuan kimia ini awalnya mebuat
fosfor putih dengan cara memanaskan urine dan pasir kemudian mengkondensasikan
uapnya melalui air. Unsur yang diperoleh dapat mengeluarkan cahaya, sehingga
unsur tersebut dinamakan phosphorus.
Selanjutnya, Wohler
memperkenalkan cara modern untuk memperoleh fosfor putih. Caranya dengan
mereduksi kalsium fosfat, pasir dan batang karbon pada suhu 1.300oC
dalam tungku pembakaran listrik. Fosfor yang diperoleh distilasi kemudian dikondensasikan
di dalam air sebagai molekul P4.
Reaksi utama terjadi adalah:

Uap P4 dan CO
selanjutnya dikondensasi kedalam air hingga diperoleh kristal fosfor putih
murni. Fosfor putih sangat reaktif terhadap oksigen sehingga terbakar dan
menghasilkan gelembung-gelembung. Oleh karena itu fosfor disimpan dalam air.
b. Pembuatan
fosfor merah
Fosfor merah dibuat dengan cara memanaskan fosfor
putih. Fosfor merah dalam keadaan murni dapat diperoleh dengan cara kristalisasi
larutanya menggunakan Pb. Namun, fosfor merah sulit diperoleh dalam keadaan
murni.
Ø
Kegunaan
dan senyawanya
Fosfor mempunyai berbagai kegunaan
yang bermanfaat bagi kehidupan kita
sehari-hari. Kegunaan fosfor tersebut diantaranya sebagai berikut.
a. Digunakan
untuk membuat dinding korek dalam indurtri korek api.
b. Untuk
membuat asam fosfat
c. Sebagai
bahan dasar pada pembuatan pupuk fosfat dan superfosfat, amhopos, atau NPK di
industri pupuk.
d. Dipakai
pada proses produksi logam, kaca, dan semen
e. Untuk
membuat konstruksi pesawat. Logamnya disebut magnalum
f.
Pemisah sulfur dari besi dan baja
g. Dipakai
pada lempeng yang digunakan di industri percetakan
h. Untuk
membuat lampu kilat
i.
Sebagai katalis reaksi organik
Ø
Keberadaannya
dialam dan mineralnya.
Dialam fosfor ditemukan tidak dalam
bentuk keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa. Sebagian besar fosfor
ditemukan dalam bentuk mineral-mineral apatit seperti Ca9(PO4)6.CaF2,
Ca9(PO4)6.CaCl2, atau Ca9(PO4)6.Ca(OH)2.
Selain itu fosfor juga ditemukan dalam mineral fosforit seperti Ca3(PO4)2.
Dalam jasad hidup, fosfor dapat kita jumpai dalam putih telur, tulang, dan
fosfolipid. Keberadaan fosfor dalam bahan-bahan tersebut sebagai senyawa fosfat
berperan penting dalam DNA dan pembentukan membran. Selain itu sennyawa fosfat
juga terdapat dalam tanah pertanian.
f) Belerang (S)
Ø
Sifat-sifat belerang
a. Belerang
mempunyai dua bentuk alotropi, yaitu belerang monoklin dan belerang rhombik.
Belerang monoklin ditemukan diatas suhu 96oC dan dibawah suhu 96oC
belerang lebih stabil dalam bentuk rhombik. Keadaan seperti ini dinamakan sifat
enantiotropi belerang. Suhu 96oC merupakan suhu peralihan dan pada
suhu ini terjadi kesetimbangan dari belerang monoklin ke belerang rhombik.
b. Larut
dalam pelarut-pelarut organik seperti alkohol (C2H5O4),
karbon disulfida (CS2), dan eter (CH3-O-OH3),
tetapi tidak larut dalam air.
Ø
Pembuatan
belerang
a. Cara
Frasch
Pembuatan belerang dengan cara Frasch ditemukan oleh
seorang ahli mesin Amerika yaitu H. Frasch pada tahun 1890. Pengolahan belerang
dengan cara Frasch dilakukan untuk mengambil belerang cair dari dalam tanah.
Caranya, tanah yang mengandung belerang di bor menggunakan bor yang terdiri
atas pipa-pipa yang mempunyai diameter berbeda dan disusun secara simetris.
b. Cara
Clause
Pengolahan belerang dengan cara Clause menggunakan
bahan baku gas asam sulfida (H2S). Gas H2S dapat
diperoleh dari hasil pembakaran kokas. Prosesnya, gas H2S
dioksidasikan dengan oksigen agar menghasilkan gas SO2. Gas SO2
yang dihasilkan dicampurkan dengan sebagian gas H2S sehingga dihasilkan
belerang cair.




Ø
Kegunaan
belerang dan senyawanya
Belerang merupakan salah satu unsur
periode ketiga yang mempunyai banyak kegunaan. Kegunaan belerang tersebut
diantaranya sebagai berikut:
a. Sebagai
bahan baku pembuatan asam sulfat.
Asam sulfat sangat diperlukan dalam berbagai industri,
karena merupakan bahan baku di pabrik obat, pupuk, detergen, atau pengolahan
logam.
b. Sebagai
bahan baku pembuatan korek api
c. Sebagai
bahan pada proses vulkanisasi karet
d. Seng
sulfida digunakan sebagai bahan pelapis pada layar televisi.
Beberapa
senyawa belerang yang penting:
a.
Belerang dioksida (SO2)
Belerang dioksida terbentuk dari reaksi pembakaran
senyawa-senyawa belerang. Selain itu, dapat juga dengan cara memanaskan
sulfida-sulfida logam di udara. Sementara itu di laboratorium, belerang
dioksida diperoleh dengan cara mereaksikan garam-garam sulfit dengan asam kuat.

Belerang dioksida banyak dihasilkan
di negara-negara industri. Senyawa ini dibebaskan ke udara dan sebagian
teroksidasi menjadi belerang trioksida (SO3). Apabila terjadi huajn,
maka baik SO2 dan SO3 akan terlarut dalam air hujan
menghasilkan senyawa asam dan turun di bumi sebagai hujan asam (acid rain).
Hujan
asam membawa dampak negatif bagi lingkungan maupun ekosistem air. Hujan asam
dapat menurunkan pH air laut dan air sungai, sehingga mengakibatkan kerusakan
bagi ekosistem air dan tumbuh-tumbuhan. Hujan asam juga bersifat korosif
sehingga dapat merusak bangunan.
b.
Belerang
trioksida (SO3)
Belerang trioksida dihasilkan dengan cara mengoksidasi
belerang dioksida dengan oksida.

Pada suhu kamar, belerang trioksida berbentuk padat.
Padatan SO3 mudah menguap. Apabila SO3 dilarutkan kedalam
air akan menghasilkan asam sulfat (H2SO4).

c.
Asam
sulfat (H2SO4)
1. Pembuatan
asam sulfat
Dalam dunia industri asam sulfat
dibuat de-ngan 2 cara, yaitu:
a) Menurut proses kontak.
b) Menurut proses bilik timbal/kamar timbal.
Proses kontak dengan proses kamar timbal mempunyai
persamaan dan perbedaan.
ü
Persamaan : bahan dasar SO2 dari
pembakaran belerang.
ü
Perbedaan : katalis yang digunakan pada proses
kamar timbal adalah campuran NO dan NO2 (uap nietreusa).
Hasil kemurniannya:
1) Proses kontak : 98–100%
2) Proses kamar timbal : ± 77%
a. Proses
kontak
Pembuatan asam sulfat melalui
proses kontak menggunakan bahan baku belerang dioksida. Belerang dioksida
diperoleh dengan cara membakar belerang di udara. Selanjutnya belerang dioksida
dioksidasi hingga diperoleh belerang trioksida. Proses oksidasi ini menggunakan
katalis vanadium pentaoksida (V2O5).
Bahan baku asam sulfat adalah gas SO2 yang diperoleh
dengan pemanggangan pirit atau pembakaran arang. Reaksinya:


Gas belerang dioksidasi yang terjadi dicampur dengan
udara dialirkan melalui katalisator kontak (V2O5)
pada suhu ± 400 °C.Dalam tanur kontak, gas SO2 + O2
diembuskan ke dalam tanur hingga bersentuhan dengan lempeng-lempeng yang
dilapis V2O5 dalam tanur tersebut sebagai zat
kontak.
Reaksi yang terjadi:





Dalam reaksi ini V2O5 tidak
hanya bertindak sebagai katalis, tetapi juga bertindak sebagai oksidator. Oleh
karena itu, dalam proses kontak V2O5 bertindak sebagai
katalis oksidator.
Gas SO3 yang terjadi dialirkan ke dalam
larutan asam sulfat encer, sehingga terjadi asam pirosulfat.

Dengan menambahkan air ke dalam campuran ini diperoleh
asam sulfat pekat (98%).

b. Proses bilik timbal
Bahan baku dalam proses ini sama seperti pada
proses kontak yaitu gas SO2. Katalis yang digunakan
pada proses ini ialah gas NO dan NO2.
Gas SO2, NO, NO2 dan uap air
dialirkan ke dalam ruang yang bagian dalamnya dilapisi Pb (timbal).
Reaksi yang terjadi:




Reaksi total:

2. Sifat-sifat
asam sulfat
a. Asam
sulfat murni merupakan cairan yang tidak berwarna
b. Merupakan
asam kuat yang larut ke dalam air dengan menghasilkan suhu tinggi.
c. Merupakan
oksidator dan dehidrator sehingga digunakan sebagai zat pengering.
3. Kegunaan
asam sulfat.
a. Asam
sulfat dengan kadar 25% digunakan sebagai elektrolit, untuk pengisi aki pada
kendaraan bermotor, dipasarkan dengan nama air aki (accu zuur)
b. Asam
sulfat sebagai bahan pembersih logam pada galvanisasi dan penyepuhan.
c. Asam
sulfat digunakan pada proses pemurnian minyak bumi dan pada pembuatan berbagai
produk industri seperti tekstil, penyamakan kulit, zat warna, atau obat-obatan.
d. Asam
sulfat sebagai bahan baku pembuaatan pupuk ZA (zwavel zuur ammonia).
e. Asam
sulfat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat senyawa-senyawa sulfat
seperti :
-
NaHSO4 digunakan sebagai pembersih
kamar mandi untuk melarutkan endapan dan air sadah/air ledeng
-
Na2SO4 (garam Glauber) dan
MgSO4 (garam Inggris) sebagai obat pencahar
-
ZnSO4 sebagai obat emesis (obat
pembuat muntah)
-
Al2(SO4)3 (tawas)
sebagai zat penjernih air
-
BaSO4 pigmen putih untuk membuat cat
-
CaSO4 (gips) untuk menyambung tulang
patah atau retak
-
CuSO4.5H2O (terusi)
sebagai fungisida atau pembasmi jamur pada tanaman atau kayu
-
FeSO4.7H2O sebagai bahan
pembuat tinta
Ø
Keberadaan
belerang di alam dan mineralnya
Unsur belerang mudah ditemukan,
baik dalam keadaan bebas maupun dalam bentuk senyawa. Dalam bentuk unsur bebas,
belerang banyak terdapat di dekat kawah gunung berapi dan ada sebagian yang
berada di dalam tanah. Di indonesia, unsur belerang banyak ditemukan di daerah
Dieng. Sementara itu, dalam bentuk senyawa, belerang dapat ditemukan sebagai
sulfida dan sulfat. Sulfida yang banyak ditemukan yaitu timbal glans (PbS),
seng blende (ZnS), tembaga kis (CuS), dan yang paling banyak yaitu pirit (FeS).
Sebagai senyawa sulfat, belerang ditemukan dalam batu tahu atau gips anhidrit
(CaSO4), barium sulfat (BaSO4), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Selain ditemukan dalam keadaan bebas dan sebagai sulfida
dan sulfat belerang dapat juag ditemukan dalam hewan sebagai penyusun putih
telur dan tanah pertanian.
g) Klorin (Cl)
Ø
Sifat
Fisika klorin
1. Warna:
hijau pucat
2. Titik
lebur : -101 oC
3. Titik
didih : -35 oC
Ø
Sifat
kimia
1. Klorin
merupakan unsur nonlogam yang sangat reaktif terhadap logam.
2. Klorin
bereaksi hebat dengan hidrogen dan menghasilkan ledakan jika berada di bawah
sinar matahari. Dalam keadaan gelap reaksi ini berjalan lambat.
3. Dengan
asam hipoklorit (HClO), klorin bereaksi sangat lambat. Reaksi ini menghasilkan
oksigen dan ozon.


4. Senyawa-senyawa
klorin mempunyai berbagai bilangan oksidasi seperti tabel berikut.
Bilangan oksidasi
|
Contoh senyawa
|
+7
|
Cl2O7, NaClO4
|
+6
|
ClO3
|
+5
|
NaClO3
|
+4
|
ClO2
|
+3
|
KClO2
|
+1
|
ClO2. NaClO
|
0
|
Cl2
|
-1
|
NaCl
|
Selain bilangan oksidasi dalam
senyawa tersebut, klorin juga dapat mengahsilkan empat macam asam oksi dengan
bilangan oksidasi +7, +5,+3, dan +1. Asam oksi tersebut asam perklorat (HClO4),
asam klorat (HClO3), asam klorit (HClO2), dan asam
hipoklorit (HClO).
Ø
Pembuatan
klorin
a. Elektrolisis
larutan garam dapur
Dalam perdagangan, klorin
diproduksi secara besar-besaran dengan proses elektrolisis larutan garam dapur.
Proses ini menggunakan anode grafit dan katode raksa. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut.




b. Mereaksikan
klorida dengan MnO2 dalam H2SO4 pekat
Pada proses reaksi ini, MnO2 berfungsi
sebagai oksidator.
Reaksi yang terjadi :

Ø
Kegunaan
klorin dan senyawanya
a.
Kegunaan
klorin
Dalam kehidupan sehari-hari senyawa
klorin memegang peranan penting dalam bidang industri, pertanian, obat-obatan,
dan dirumah tangga. Keguanaan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Senyawa
natrium hipoklorit (NaHClO3) digunakan sebagai pemutih
2. Sebagai
bahan baku pembuatan kapur klorin (CaOCl2) dan kaporit (Ca(OCl)2).
Kedua bahan ini merupakan bahan pengelantang pakaian atau kain, sedangkang
kaporit sendiri digunakan sebagai desinfektan.
3. Kalium
klorat (KclO3) digunakan sebagai zat pengoksidasi, bahan-bahan
pembuat petasan atau kembang api, dan bahan untuk membuat kepala korek api.
b.
Senyawa-senyawa
klorin juga dapat digunakan sebagai pelarut, antiseptik dan plastik.
1. Pelarut
Senyawa klorin yang digunakan sebagai pelarut adalah
tetrakloro etena. Bahan ini digunakan untuk pencucian kering (dry clean), untuk
pencucian mesin. Sementara itu, trikloro etena digunakan untuk tippex sebagai
thinner.
2. Antiseptik
(desinfektan)
Jenis desinfektan yang banyak digunakan saat ini TPT
(Trikloro Phenol) dan dettol. Kedua senyawa ini digunakan sebagai pembersih
kamar mandi atau WC. Jenis desinfektan lain yang sempat di produksi secara
besar-besaran adalah DDT ( Dikloro difenit trikloro etana). Desinfektan ini
dapat membunuh nyamuk, kecoa, atau binatang-binatang kecil. Namun DDT sangat
berbahaya bagi hewan dan manusia karena dapat larut dalam lemak dan sulit
diuraikan.
3. Plastik
Salah satu jenis plastik dari senyawa klorin yang
sangat penting adalah PVC (polivinil klorida). PVC banyak digunakan untuk
membuat jas hujan, pita kaset, isolator listrik, pipa saluran air (pralon),
atau taplak meja.
Ø
Keberadaan
klorin di alam dan mineralnya
Unsur klorin merupakan salah satu
unsur periode ketiga yang bersifat sangat reaktif. Oleh karena itu, unsur
klorin jarang terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan dalam bentuk
senyawa ion dengan logam-logam. Unsur klorin berbentuk molekul diatomik dan
berwujud gas. Contohnya natrium klorida (NaCl) dalam air laut.
h) Argon (Ar)
Argon ditemukan pertama kali oleh
Lord Rayleigh dan William Ramsay. merupakan gas yang tidak bewarna dan berasa
yang keluar dari gunung berapi dan ±
0,93% terdapat diudara. Argon bersifat tidak reaktif seperti halnya gas mulia
yang lain. Argon dapat diperoleh dengan cara memaskan udarea dengan CaC2.
Terdapat sekitar 1% argon di atmosfer. Terbentuk di atmosfer sebagai akibat
dari proses sinar kosmik.
Argon dapat digunakan sebagai pengisi
bola lampu karena Argon tidak bereaksi dengan kawat lampu. Adanya bahan ini
membuat logam pijar pada lampu tidak cepat rusak. Dipakai dalam industri logam
sebagai inert saat pemotongan dan proses lainnya. Untuk membuat lapisan
pelindung pada berbagai macam proses. Untuk mendeteksi sumber air tanah dan dipakai
dalam roda mobil mewah.
B. Unsur-Unsur
Periode Keempat
Unsur-unsur transisi di dalam sistem
periodik unsur dinyatakan sebagai unsur golongan B. Golongan ini dimulai dari
IB, II, IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, dan VIIIB. Berdasarkan konfigurasi
elektronya, unsur-unsur transisi terletak pada blok d dalam sistem periodik
unsur. Unsur-unsur transisi periode 4, yaitu Skandium (Sc) Titanium (Ti),
Vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co) nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Secara
umum, unsur-unsur transisi periode 4 mempunyai sifat fisik sebagai berikut:
1. Unsur-unsur transisi merupakan unsur logam
yang beerwujud padat pada suhu ruangan dengan ikatan logam yang kuat.
2. Memiliki beberapa bilangan oksidasi
kecuali Sc dan Zn.
3. Senyawa yag dibentuk dari unsur transisi
memiliki warna yang menarik.
4. Senyawanya dapat ditarik oleh medan magnet
(paramagnetik).
5. Unsur transisi dapat membentuk senyawa
kompleks dan senyawa koordinasi.
6. Memiliki titik lebur dan titik didih
tinggi.
v
Sifat
fisika unsur-unsur periode keempat
1.
Sifat Logam
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan
penghantar listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang
mempunyai konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di
tempat kedua. Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi
lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal
ini disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan s,
sehingga ikatannya semakin kuat.
Kecuali seng logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang berpasangan.
Hal ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan ikatan kovalen
antaratom logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat terbentuk antara
elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan demikian, kisi kristal
logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding kisi kristal logam golongan
utama. Itulah sebabnya logam-logam transisi memiliki sifat keras, kerapatan
tinggi, dan daya hantar listrik yang lebih baik dibanding logam golongan utama.
Karakteristik Logam Transisi Periode Keempat
Karakteristik
|
Sc
|
Ti
|
V
|
Cr
|
Mn
|
Fe
|
Co
|
Ni
|
Cu
|
Zn
|
Nomor
Atom
KonfigurasiElektron
Densitas
(g/am3)
Titik
leleh
Titik
didh
Kekerasan
|
21
4s23d1
3,0
1.539
2.730
-
|
22
4s23d2
4.51
1.668
3.260
-
|
23
4s23d3
6.1
1.900
3.450
-
|
24
4s23d4
7.19
1.845
2.665
9.0
|
25
4s23d5
7.43
1.245
2.150
5.0
|
26
4s23d6
7.86
1.536
3.000
4.5
|
27
4s23d7
8.9
1.495
2.900
-
|
28
4s23d8
8.9
1.453
2.730
-
|
29
4s23d9
8.96
1.083
2.595
2,8
|
30
4s23d10
7.14
419.5
905
2,5
|
2.
Bilangan Oksidasi
Tidak
seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2,
unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium
yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4 (Keenan, dkk, 1992: 167).
IIIB
Sc
|
IVB
Ti
|
VB
V
|
VIB
Cr
|
VIIB
Mn
|
VIIIB
|
IB
CU
|
IIB
Zn
|
||
Fe
|
Co
|
Ni
|
|||||||
+3*
|
+2
+3
+4*
|
+2
+3
+4*
+5
|
+2
+3*
+4
+5
+6
|
+2*
+3
+4
+5
+6
+7 |
+2*
+3*
+4
+5
+6
|
+2
+3*
+4
|
+1
+2*
+3
|
+1
+2*
+3
|
+2*
|
3.
Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik,
di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena
ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom, molekul, atau
ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya
berpasangan. Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik
karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya.
Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan
Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya
saja dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).
4.
Titik Leleh dan Titik Didih
Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena ikatan antaratom logam pada unsur transisi lebih kuat. Titik
leleh dan titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur transisi periode
keempat lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga
antaratom seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
5.
Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron
dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak.
Pada golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan
elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya
tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna
cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya Ti2+
berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda,
Co3+ berwarna biru, dan lain sebagainya.
Warna Senyawa Logam Transisi dengan
berbagai bilangan oksidasi
Unsure
|
+1
|
+2
|
+3
|
+4
|
+5
|
+6
|
+7
|
Sc
|
-
|
-
|
Tb
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ti
|
-
|
-
|
ungu
|
Tb
|
-
|
-
|
-
|
V
|
-
|
Ungu
|
Hijau
|
biru
|
Merah
|
-
|
-
|
Cr
|
-
|
Biru
|
Hijau
|
-
|
-
|
Jingga
|
-
|
Mn
|
-
|
Merah muda
|
Coklat
|
Coklat tua
|
Biru
|
Hijau
|
Ungu
|
Fe
|
-
|
Hijau
|
Kuning
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Co
|
-
|
Merah muda
|
Ungu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ni
|
-
|
Hijau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu
|
Tb
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Zn
|
-
|
Tb
|
-
|
-
|
-
|
v
Sifat-sifat
Kimia Unsur-unsur periode keempat
1.
Kereaktifan
Dari data potensial elektroda, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki harga potensial elektroda negatif kecuali Cu (E° = + 0,34 volt). Ini
menunjukkan logam-logam tersebut dapat larut dalam asam kecuali tembaga. Kebanyakan
logam transisi dapat bereaksi dengan unsur-unsur nonlogam, misalnya oksigen,
dan halogen.

Skandium
dapat bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.

2.
Pembentukan Ion Kompleks
Semua unsur
transisi dapat membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur dimana kation logam
dikelilingi oleh dua atau lebih anion atau molekul netral yang disebut ligan. Antara
ion pusat dengan ligan terjadi ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan
berfungsi sebagai basa Lewis (penyedia pasangan elektron).
Contoh: [Cu(H2O)4]2+
[Fe(CN)6]4+
[Cr(NH3)4 Cl2]+
Senyawa unsur transisi umumnya berwarna. Hal ini disebabkan perpindahan
elektron yang terjadi pada pengisian subkulit d dengan pengabsorbsi
sinar tampak. Senyawa Sc dan Zn tidak berwarna.
v
Kelimpahan
unsur-unsur periode Keempat dialam dan mineralnya
Unsur-unsur transisi periode keempat di alam sebagian besar ditemukan
dalam bentuk senyawa oksida dan sulfida. Hal itu terjadi karena unsur-unsur
transisi periode keempat sangat mudah teroksidasi dan mempunyai afinitas yang
cukup besar terhadap oksigen dan belerang. Selain itu, okisigen dan belerang
termasuk unsur-unsur yang sangat reaktif terhadap logam dan tersebar di kerak
bumi.
Keberadaan unsur-unsur transisi periode
keempat di Indonesia
Unsur
|
Mineral
|
Rumus Kimia
|
Daerah
|
Sc
|
Thortveitite
|
Sc2Si2O
|
-
|
Ti
|
Rutil
Ilmenit
|
TiO2
FeTiO3
|
-
-
|
V
|
Vanadit
|
Pb3(VO4)2
|
-
|
Cr
|
Kromit
|
FeCr2O4
|
Sulawesi Tengah
|
Mn
|
Pirolusit
Manganit
|
MnO2
Mn2O3.H2O
|
Kalimantan Barat, Yogyakarta
|
Fe
|
Hematitit
Magnetit
Limonit
Siderit
Pirit
|
Fe2O3
Fe3O4
Fe2O3.H2O
FeCO3
FeS2
|
Kalimantan Barat
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
|
Co
|
Kobaltit
Smaltit
|
CoAsS
COAs2
|
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
|
Ni
|
Pentlandite
Garnerit
|
(FeNi)S
H2(NiMg)SiO4.2H2O
|
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
|
Cu
|
Kalkopirit
malasit
Kalkosit
|
CuFeS2
Cu2(OH)2CO3
Cu2S
|
Kalimantan Barat
Papua
Sumatera Barat
|
Zn
|
Seng blende/ sphalerite
Calamine
|
ZnS
ZnCO3
|
Sumatera Barat
Sulawesi Tengah
|
v
Unsur-unsur
periode keempat
a) Skandium
(Sc)
Kelimpahan skandium di kulit bumi sekitar 0,0025%. Di dalam skandium
terdapat hanya sedikit bersama dengan unsur-unsur lantanida. Kandungan unsur
ini dalam mineral hanya berkisar 5 – 30 ppm dan sangat sulit dipisahkan dari
mineralnya. Akibatnya, produksi skandium hanya dalam satuan gram atau kilogram
(tidak sampai ton). Oleh karena itu, harganya sangat mahal sehingga sangat
jarang ditemukan dan dimanfaatkan.
Ion Sc3+ tidak berwarna dan bersifat amfoter, mirip dengan
Al3+. Skandium memiliki reaktifitas yang tinggi yang bersifat isotop
radioaktif dengan waktu paruh yang singkat. Skandium -45 merupakan satu-satunya
isotop alami yang tidak bersifat radioaktif.
Skandium digunakan sebagai komponen pada lampu berintensitas tinggi.
Selain itu, skandium dapat menghasilkan larutan asam pada proses hidrolisis
[Sc(H2O)6]3+ dan membentuk senyawa Na3ScF6
yang mirip kriolit (Na3AlF6). Sakndium juga
dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk gelatin hidroksida (Sc(OH)3)
yang bersifat amfoter. Logam skandium dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3
yang dicampurkan dengan klorida-klorida lain.
b) Titanium
(Ti)
Kelimpahan titanium dikulit bumi cukup banyak sekitar 0,6%. Selain
rutil dan ilmenit, mineral yang mengandung titanium yaitu perovskite (CaTiO3)
dan titanit (CaTiOSiO4). Densitas titanium rendah, kekuatan
strukturnya tinggi pada suhu tinggi, dan tahan terhadap korosi (karat). Oleh
karena itu titanium banyak digunakan dalam industri pesawat terbang, mesin
turbin, dan peralatan kelautan.
Titanium juga bersifat amfoter, inert, putih cerah, tidak tembus
cahaya, dan tidak beracun (nontoksik). Sifat-sifat ini dimanfaatkan untuk
membuat pemutih dan pengilap kertas, pigmen putih dalam cat, keramik, kosmetik,
kaca, plastik, dan bahan-bahan lain dalam industri kimia.
Logam titan (Ti) diperoleh dengan jalan mengalirkan gas klorin pada
TiO2 sehingga terbentuk TiCl4. Reaksikan

TiCl4 yang terjadi direduksi dengan logam Mg pada suhu
tinggi yang bebas oksigen. Reaksinya :

c) Vanadium
(V)
Vanadium dikulit bumi terdapat 0,02%. Meskipun sedikit vanadium
tersebar luas di alam. Vanadium juga dapat diperoleh dari pembakaran oksidanya
berupa vanadium pentaoksida (V2O5) digunakan sebagai
katalis pada pembuatan asam sulfat dalam proses kontak. Sementara itu, vanadium
dalam bentuk logam campuran (aliase) dengan besi menghasilkan ferovanadium yang
bersifat keras, kuat, dan tahan korosi. Oleh karena itu, ferovanadium banyak
digunakan dalam pembuatan peralatan tehknik yang tahan getaran, misalnya pegas,
per mobil, pesawat terbang, dan kereta api.
Ferovanadium
dihasilkan dari reduksi V2O5 dengan campuran silikon (Si)
dan besi (Fe). Reaksinya:


Ferofanadium
Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO menghasilkan suatu terak
CaSiO3 yaitu bahan yang dihasilkan selama pemurnian logam.
Reaksinya:


Terak
d) Krom
(Cr)
Kelimpahan krom di kulit bumi hanya 0,0122%. Meskipun demikian krom
banyak digunakan dalam industri logam karena merupakan komponen paling penting.
Logam krom reaktif terhdapa oksigen dan membentuk oksida yang berupa lapisan
tipis dipermukaan logam. Lapisan tersebut melindungi logam dari oksidasi lebih
lanjut. Oleh karena itu, logam krom banyak digunakan untuk melapisi logam lain
agar tahan karat secara elektroplating, misalnya nikrom pada alat pemanas
(stainless steel) mengandung 18% krom. Selain itu krom juga digunakan sebagai
bahan dasar dalam industri baja sehingga dihasilkan baja yang lebih kuat dan
mengkilap.
Kromit (FeCr2O4) direduksi oleh karbon
menghasilkan ferokrom. Reaksinya:

Ferokrom
Logam krom dibuat menurut proses Goldschmidt dengan jalan mereduksi Cr2O3
dengan logam aluminium. Reaksinya :

Biloks
|
Senyawa
|
+2
|
CrX2
|
+3
|
CrX3, Cr2O3,
dan Cr(OH)3
|
+6
|
K2Cr2O7,
Na2CrO4, dan CrO3
|
e) Mangan
(Mn)
Mangan terdapat dialam dalam jumlah melimpah. Selin dalam bentuk
mineral pirolusit mangan terdapat di alam dalam bentuk spat mangan (MnO3),
dan manganit (Mn2O3H2O).
Mangan bayak digunakan pada industri baja sebagai campuran (alloy)
mangan dengan besi yang disebut feromangan. Feromangan digunakan sebagai bahan
pembuat mesin dan alat berat karena sifatnya yang sangat keras, kuat, dan tahan
gesekan. Selain itu, mangan dalam bentuk senyawa MnO2 digunakan pada
baterai kering.
Pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi MnO2 dengan
campuran besi oksida dan karbon.
Reaksinya :


Feromangan
Pada proses ini mangan dalam baja feromangan berfungsi untuk mengikat
oksigen agar pada proses penuangan tidak terjadi gelembung-gelembung udara yang
menyebabkan baja kropos (berongga di dalamnya).
Logam
mangan murni dibuat dengan proses alumino
thermi seperti pembuatan logam krom. Reaksinya :


Biloks
|
Senyawa
|
+2
|
Mn(OH)2,
MnS, MnSO4, dan MnCl2
|
+4
|
MnO2
|
+7
|
KMnO4
|
f) Besi
(Fe)
Kelimpahan besi dialam menempati urutan ke empat terbanyak di kulit
bumi. Besi merupakan logam yang sangat penting dalam industri sehingga logam
besi paling banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Besi bersifat feromagnetik. Oleh karena itu, banyak oksida besi
digunakan sebagai perangkat elektronik, memori komputer dan pita rekaman.
Kompleks besi juga berperan penting dalam proses biologis, diantaranya untuk
membentuk haemoglobin dalam darah dan klorofil pada tanaman.
Besi
murni bersifat lunak, liat, dan cukup reaktif. Oleh karena itu, besi selalu
dipadukan dengan logam lain membentuk aliase, misalnya baja atau stainless
steel agar lebih keras. Baja dibuat dari besi kasar yang di tambah Mn, Cr, Ni,
atau unsur lain sesuai dengan tujuan penggunaan baja tersebut.
Biloks
|
Senyawa
|
+2
|
FeS, FeSO4.7H2O,
dan K4Fe(CN)6
|
+3
|
FeCl3, Fe2O3,
K3[Fe(CN)6], dan Fe(SCN)3
|
Campuran +2 dan +3
|
Fe3O4 dan KFe[Fe(CN)6]
|
g) Kobalt
(Co)
Kobalt bersifat mirip dengan nikel. Kobalt bersama-sama dengan nikel
terdapat dalam senyawa besi. Unsur kobalt tidak reaktif, namun stabil terhadap
panas. Kobal digunakan untuk membuat paduan logam. Campuran besi kobalt
mempunyai sifat tahan karat. Alinico merupakan paduan aluminium, nikel, kobalt,
dan tembaga yang bersifat magnet kuat. Kobalt juga banyak dimanfaatkan dalam
pembuatan mesin jet, mesin turbin, peralatan tahan panas. Isotop radioaktif
kobalt (Co -60) berguna dalam pengobatan kanker.
Ion
Co2+ dalam bentuk larutan digunakan sebagai bahan tinta yang tidak
berwarna sementara itu, kertas yang mengandung ion Co2+ digunakan
untuk mendeteksi perubahan cuaca. Jika cuaca lembab (akan turun hujan), kertas
berwarna merah karena mengandung ion Co2+. Jika cuaca cerah kertas
berwarna biru karena mengandung ion Co3+.
Biloks
|
Senyawa
|
+2
|
CoSO4,
[Co(H2O)6]Cl2, [Co(H2O)6](NO3)2,
dan CoS
|
+3
|
CoF3, Co2O3,
K3[Co(CN)6], dan [Co(NH3)6]Cl3
|
h) Nikel
(Ni)
Nikel merupakan logam putih mengkilap seperti perak dan dijadikan
sebagai penghantar panas atau listrik yang baik. Selain dalam bentuk senyawa
mineral, nikel juga dijumpai sebagai senyawa kompleks, misalnya [Ni(NH3)6]Cl2
dan [Ni(NH3)6]SO4 yang digunakan dalam
elektroplating.
Nikel
juga berfungsi untuk melapisi logam agar tahan karat dan sebagai campuran
logam, misalmonel (paduan 60% Ni, 40% Cu, dan sedikit Fe, Mn, Si, C) dan
alnico. Serbuk nikel biasa digunakan sebagai katalis dalam reaksi reduksi
senyawa hidrokarbon, contohnya proses hidrogenasi lemak pada pembuatan
margarin. Nikel (III) oksida (Ni2O3) digunakan dalam sel
Edison.
Biloks
|
Senyawa
|
+2
|
NiCl2,
[Ni(H2O)6]Cl2, NiS, NiO, Co2O3,
[Ni(H2O)6]SO4
|
i)
Tembaga (Cu)
Di alam tembaga terdapat dalam bentuk bijih tembaga. Sekitar 80%
tembaga diperoleh sebagai sulfida. Namun, adapula yang ditemukan dalam keadaan
bebas. Tembaga merupakan logam yang berwarna kemerahan. Logam ini termasuk
penghantar panas dan listrik yang baik. Oleh karena itu, tembaga banyak
digunakan sebagai kabel listrik (alat-alat elektronik). Tembaga juga mudah
ditempa dan bercampur dengan emas sehingga digunakan pada pembuatan kerajinan.
Tembaga juga banyak digunakan untuk membuat paduan logam seperti
kuningan (tembaga dan seng), perunggu (tembaga dan timah), monel, alnico, dan
sebagainya. Kegunaan tembaga lainnya sebagai berikut.
1. Menguji kemurnian alkohol dengan memasukkan
serbuk putih CuSO4 ke dalam alkohol yang mengandung air. Serbuk
putih menjadi biru karena mengikat air. Reaksinya :

Putih biru
2. Membuat rayon/sutra buatan dengan
melarutkan selulosa ke dalam larutan Schweitsern (larutan ion kompleks kupri
tetrain [Cu(NH3)4]2+ dari Cu(OH)2
yang dilarutkan dalam larutan NH4OH).
3. Mematikan serangga atau hama tanaman
menggunakan bubur bordeaux (campuran Cu(OH)2 + CaSO4 yang
dibuat dari CuSO4 + Ca(OH)2).
4. Menguji sifat pereduksi dari senyawa yang
mengandung gugus aldehid/alkanal.


Hitam
Biloks
|
Senyawa
|
+1
|
Cu2O, Cu2S,
dan CuCl
|
+2
|
CuO, CuSO4.5H2O,
CuCl2.2H2O, dan [Cu(H2O)6](NO3)2
|
j)
Seng (Zn)
Seng merupakan unsur terakhir
pada deret logam transisi periode keempat. Seng digunakan sebagai logam pelapis
besi agar tahan karat. Seng juga berguna untuk paduan logam (misal kuningan),
zat antioksidan pada pembuatan ban mobil, bahan pembuatan cat putih, dan bahan
untuk melapisi tabung gambar televisi karena dapat berfluoresensi (mengubah
berkas elektron menjadi cahaya tampak). Lembaran seng dapat dimanfaatkan
sebagai atap bangunan.
Pembuatan logam seng dilakukan
dengan pemanggangan seng sulfida (ZnS) kemudian oksida seng direduksi dengan
karbon pijar. Reaksinya :


Proses ini berlangsung pada suhu ± 1.200oC. seng dalam
bentuk gas dikondensasikan menjadi debu seng.
Diantara beberapa unsur transisi, logam
besi dan tembaga merupakan unsur transisi yang banyak terdapat di alam. Berikut
ini proses pengolahan 2 logam tersebut:
1.
Proses
pengolahan Besi
Proses
pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam tanur
tinggi. Prinsip kerjanya dengan mereduksi oksida besi dengan gas karbon
monoksida.
Adapun
langkah-langkah dalam proses pengolahan besi dari bijihnya sebagai berikut.
a. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam tanur
melalui puncak tanur. Bahan-bahan tersebut meliputi hal-hal berikut.
1) Bahan utama, yaitu bijih besi hematit (Fe2O3)
dicampur dengan pasir (SiO2) dengan oksida-oksida asam lain. Bahan
ini akan direduksi.
2) Bahan pereduksi, yaitu kokas (karbon)
3) Bahan tambahan, yaitu batu kapur (CaCO3)
yang berfungsi untuk mengikat zat-zat pengotor.
b. Udara panas dimasukkan dari bagian bawah
tanur sehingga suhu tanur semakin ke atas semakin rendah. Hal ini menyebabkan
kokas terbakar.
c. Gas CO2 yang terbentuk
direduksi oleh kokas yang panas menjadi CO.
d. Gas CO yang terbentuk dan kokas akan
mereduksi bijih besi (Fe2O3).
e. Besi cair yang terbentukmengalir ke bawah
dan berkumpul didasar tanur.
f.
Pada
bagian tengah tanur, batu kapur terurai.
g. Selanjutnya CaO akan mengikat zat pengotor
dan membentuk terak pada dasar tanur.
Terak yang terbentuk akan mengapung di permukaan besi cair dan keluar
melalui saluran tersendiri. Terak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan beton jalan raya.
Besi cair pada dasar tanur tersebut disebut besi kasar. Selanjutnya
besi kasar dikeluarkan dari tanur dengan dituang dalam cetakan-cetakan menjadi
besi tuang atau besi cor yang bersifat keras dan rapuh. Besi kasar mengandung
95% besi, 4% karbon, dan sisanya berupa fosforus, silikon, belerang, dan
mangan.
Besi dapat terbentuk jika kadara karbonnya dikurangi dengan
memanaskannya sehingga karbon yang terkandung dalam besi teroksidasi menjadi
gas CO2. Besi yang memilki kadar karbon cukup rendah disebut besi
tempa. Besi ini digunakan untuk berbagai peralatan seperti cangkul, mur, baut,
dan pembuatan baja.
2.
Pengolahan Tembaga
Proses pengolahan tembaga diawali dengan pemanggangan kalkopirit
(CuFeS2) atau bijih tembaga lain. Hasil pemanggangan dioksidasi
dalam oksigen.
Tembaga yang dihasilkan dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi.
Pemurnian tembaga dengan elektrolisis dilakukan dengan menempatkan tembaga
kotor di anode menggunakan larutan elektrolit CuSO4 sehingga tembaga
murni akan diperoleh di katode.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik
kesimpulan bahwa pada sistem periodik unsur, yang termasuk dalam golongan
transisi adalah unsur-unsur golongan B, dimulai dari IB – VIIB dan VIII. Sesuai
dengan pengisian elektron pada subkulitnya, unsur ini termasuk unsur blok d,
yaitu unsur-unsur dengan elektron valensi yang terletak pada subkulit ddalam konfigurasi
elektronnya. Unsur transisi pada periode 4, yang terdiri dari skandium (Sc),
titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr), mangann), besi (Fe), kobalt (Co),
nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Sedangkan, yang termasuk dalam periode
ketiga pada sistem periodik unsur adalah dimulai dari golongan IA-VIIA.
Unsur-unsur yang ada di dalam periode ketiga terdiri dari unsur logam (Na, Mg,
Al), metaloid (Si), nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Sedangkan unsur.
Unsur-unsur periode ketiga dan keempat mempunyai
karakteristik yang berbeda disetisap unsurnya. Hal tersebut dapat dilihat dari
sifat fisik, sifat kimia maupun cara pembuatannya yang berbeda. Selain itu,
kelimpahan unsur-unsur tesebut di alam membuat unsur-unsur tersebut banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik di dunia industri maupun kerajinan-kerajinan
lainnya.
B. Saran
Mengingat banyaknya kegunaan unsur-unsur periode ketiga maupun keempat
dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa harus benar-benar memahami mengenai
unsur-unsur periode ketiga dan keempat ini. Akan tetapi tidak hanya unsur-unsur
diperiode ketiga dan kempat saja. Siswa juga harus benar-benar memahami
mengenai KIMIA UNSUR sehingga dapat menjadi sebuah pengetahuan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
- Muchtaridi.Sandri Justiana.2007.Kimia
Tiga.Yudistira.Jakarta.
- Harnanto. Ari. 2009. Kimia untuk SMA/MA
kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
- http://www.scribd.com/doc/35189708/Kelimpahan-Unsur-Di-Alam
- http://akatsukispread.wordpress.com/2011/05/24/kimia
- Winarni. 2007. Kimia untuk
SMA dan MA kelas XII IPA. Jakarta : Satubuku.
- Rahardjo, Sentot Budi. 2008.
KIMIA 3 Berbasis Eksperimen. Solo: Platinum
- www.wikipedia.org
- www.chem-is-try.org
- www.google.com
diakses Rabu, 31 November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar